31.7.12

Saya saudara kamu
kapan kamu senang?
panggil saya.

Saya saudara kamu.
kapan kamu sedih?
panggil sa... ja yang lain.



Saya mau jadi asap
dari tiap batang yang kamu hisap

Saya tidak hilang
saya hanya menyatu kembali dengan udara

Kamu hirup lagi saya.
sekarang saya di paru-paru kamu

tidak kemana mana.

29.7.12

menari.. belum usai

saya sudah terbangun..
kemarin saya masih bermimpi ketika kamu sudah terbangun
dan saya menari sendirian di dalam kenangan yang mengkristal disana dan disini
tidak sayang, saya tetap tidak kemana-mana.
saya hanya terbangun
saya hanya terbangun untuk tetap menari sendirian, kini tidak hanya mengitari tempat yang sama
tapi saya akan menari kemana pun tubuh saya inginkan
kamu tidak pernah saya tinggalkan sayang, kamu masih disini...
di dalam jiwa saya
tanpa kau sadari, tanpa aku rencanakan
kamu sudah lebur bersama saya
walaupun fisikmu entah berada dimana
serpihan dirimu ada dalam diri saya menari bersama saya

saya keras ya?
memang
saya perempuan dengan ego laki-laki
saya keras kepala
saya seorang perempuan pendebat
saya tidak suka dibantah

saya otoriter ya?
tidak
otorisasi saya berakhir ketika kamu memasuki hidup saya dan mengubah saya

saya masih tetap perempuan dengan ego laki-laki yang sama
tapi kamu pengambil alih segalanya
kini saya perempuan dengan ego dua pertiga laki-laki sepertiga perempuan

bahagialah kita, sayang
bahagialah kamu

kita pernah ada
mereka tidak kemana mana.
mereka tetap hidup, tetap berusia 19 dan 24 selamanya.
mereka tetap berbagi kasur dan rebutan selimut selamanya
bertukar cerita dengan kaki saling elus dan berciuman dibawah selimut pink dan kuning kesayangan kita
atau dibawah selimut putih disuatu tempat
mereka tetap memeluk saat tidur
dan tetap berbisik di telinga lalu mencium dahi mata hidung bibir kemudian tidur.

saya...
perempuan dengan ego laki-laki yang tidak mau mengakhiri post ini dengan mengakui bahwa saya akan selalu mencintai nya dimanapun saya dan dia berada
sebagaimanapun jauh kami menari secara terpisah.
saya selalu mencintainya



Sayang,
tarian kita belum usai

25.7.12

Metito Rolling Stone

Ingat kah kamu? Kita pernah jalan kaki dari Metito sampai Rolling Stone untuk memenuhi keinginan jiwa kamu.
Kamu cinta banget sama club bola ini, yang awalnya saya tidak pernah mengerti kenapa. Sampai akhirnya saya paham setelah kamu suruh saya menonton film Will.
Saya paham kenapa secinta itu kamu sama club itu.
Sesuatu yang personal, yang hanya kita pribadi yang bisa mengerti.
Yang harus dirasakan sendiri bukan karena sudut pandang orang lain.
Bukan sekadar cinta supporter ke sebuah club. Tapi lebih dari itu.
Saya paham.



Kita terlambat saat itu.
Kamu menjemput saya di Mall Pondok Indah, sebelum kita mengantar pacar kakak kamu ke Pondok Cabe.
Baru dari sana kita menempuh perjalanan rawan macet dan rawan terjadi ledakan emosi lagi antara kamu dan saya.
Kita bertengkar hari itu. Ingatkah kamu sayang?


Tiba di Rolling Stone, tempat itu sudah penuh mobil. Bahkan masih tetap penuh sampai di depan Gedung Arsip.
Kita dapat tempat di depan Metito.
Kamu ulurkan jaket hitam berlogo hasil meminjam dari teman,
Saya dan kamu berjalan beriringan.
Saya di sebelak kiri mu. Kamu di sebelah kanan.
Tiba-tiba kamu merangkul saya.
Memeluk saya dari samping lebih tepatnya.
"Yang~" rajukmu.
"Sayang banget sih gue sama lo." Kamu cium rambut saya.
Ya, dipinggir jalan.

Saya merinding.
Bukan, saya bukan penganut fanatik Public Display Affecton, tapi untuk yang ini, saya tidak bisa menolak. Terlebih dari kamu.

"Aku juga."
Saya elus pipi mu.
Ingin rasanya saya cium bibir kamu. Biarlah kita jadi tontonan. Biarlah orang melihat kita sebagai sepasang kekasih aneh. Tapi tidak, saya tahan. Saya simpan itu untuk nanti malam sebelum kita tidur.



Sayang,
ingatkah?
Selama menonton, tak lepas kamu merangkul saya.
Memeluk saya dari belakang, terkadang dari samping. Ingat ketika akhirnya gol tercipta? Kita berteriak sayang, kita berpelukan, kita bersorak.
Kamu tidak tahu betapa bergetarnya hati saya. Saya tahu persis arti gol itu untuk kamu. Dan kita berbagi bersama sayang. Diantara lautan merah orang yang juga bersorak.
Gema kita tenggelam diantara mereka.
Tapi tidak di dalam hati saya. Gema kamu tidak ada tandingannya.

Sayang,
Ingatkah?
ketika gawang kita kebobolan, kamu menyandarkan kepalamu lesu dibahu saya.
"Tenang sayang, masih ada waktu. Kita pasti bisa." Kamu memeluk saya lagi. Lebih erat kini, seolah tak mau kehilangan saya.

Lebur sudah sayang.
Pertengkaran sebelum kita berjumpa, hilang sudah.
Saya cinta kamu.
Saya bahagia, bahagia menjadi milik kamu.
Bagian hidup kamu.

We fight before, dear
I forgot why
But after we met..
We ended up shared beer and cigarette
We make it after we got home
snooging and snuggling before we go to bed
You're the best chapter of my life,baby.
No one ever will.

Sayangku,

Sayangku, aku tidak pernah menemukan seseorang yang bisa membuat seluruh sistem kehidupanku berantakan seperti yang kau lakukan.
Sayangku, aku tidak pernah menyerah.
Aku tetap disini, hanya saja kali ini aku lebih memilih untuk menunggu dalam diam.
Ya, sayang. Aku masih menunggu.
Dan kamu adalah orang pertama, selama masa hidupku yang aku tunggu.
Aku tidak pernah menunggu seorang pria pun untuk kembali padaku, karena aku tidak benar-benar peduli.

Sayangku, bagimu mungkin kita sudah berakhir dan aku hanya perempuan bodoh yang masih percaya kita masih ada di suatu dimensi waktu.
Sayangku, mungkin jika orang lain membaca apa yang otak ku muntahkan ini, merekaakan tertawa dan berkata,"Astaga, perempuan ini naif sekali."
Ya sayang, sebesar itulah pengaruh dirimu terhadapku. Kau menaifkan aku.
Aku berteluh di hadapanmu. Dihadapan seorang laki-laki.
Seorang laki-laki yang telah mencuri hatiku dalam waktu singkat.
Aku tidak tahu apa yang telah kau lakukan padaku, sayang.
Kita belum lama bersama tapi seperti sudah beberapa masa.

Sayangku, carilah apa yang menurutmu hilang darimu.
apa yang menurutmu belum kau raih.
Jika kamu tidak akan pernah kembali.
Ingatlah, di suatu masa ketika kamu masih muda.
Ada seorang perempuan keras kepala yang mencintaimu sebesar yang ia mampu.
Percayalah, hanya padamu ia memberikan cinta sebesar itu.

Perempuan ini akan tetap disini, tidak akan kemana-mana.
Ia akan menikah, mungkin tidak denganmu.
Tapi tetap nama mu lah yang meraja, bertahta di hatinya.

21.7.12

Laptop, TV, kita.

Banyak hal yang masih jelas di pikiran saya
terlalu jelas untuk sebuah kenangan, cenderung menakutkan.


Saya masih ingat ketika saya masih harus bekerja padahal waktu sudah menunjukkan pukul setengah 2 pagi.
Kamu duduk disebelah saya, menonton TV
saya tahu kamu sudah mengantuk, hanya saja kamu tidak mau tidur lebih dahulu
Kemudian kepala kamu jatuh di bahu saya
"Yang? Tidur yang bener. Nanti pegel kamu."
"Nggak, aku belum ngantuk."
Saya cium kepalamu. Saya suka bau kepalamu. Saya usap lembut rambutmu dan kamu memejamkan matamu. Sudah jelas kamu mengantuk.
"Sayang, tidur yang bener."
Kamu membuka mata sedikit.
"Aku belum ngantuk."
"Kamu sudah ngantuk."
Saya membetulkan posisi laptop di pangkuan saya. Sekarang kepalamu bersandar di leher saya.
Tanganmu, kamu lingkarkan di dada saya.
"Kamu udahan dong kerjanya."
Kamu merajuk.
Kamu mungkin tidak melihat, ketika kamu merajuk.. Saya tersenyum, hati saya damai.
"Iya sayang. Sampai jam 2 ya? Abis itu udah."
"Okay."
"Sekarang tidur yang bener dulu gih."
"Nggak mau."
Kamu merapatkan badanmu ke badan saya. Kamu pintar membuat saya ingin melempar laptop ini jauh jauh dan merelakan tubuh saya seutuhnya bersatu tubuhmu. Dalam pelukan kita.

Saya kembali bekerja.
Samar-samar saya mendengar kamu mendengkur. Ingin rasanya saya rubah posisi tidur kamu yang membuat saya pegal melihatnya. Kepalamu miring, masih di leher saya. Nafasmu menyapu dada saya yang tidak tertutup kaos tidur saya. Geli. Tapi saya suka.
Saya kesulitan mengetik. Saya bergeser sedikit. Kamu terbangun.
Kemudian merajuk.
"Yang udahan ah kerjanya. Udah ya. Udah jam 2 lewat malah!"
Kamu bangkit dan merebut laptop di pangkuan saya.
"Eh.. Iya iya iya.. Save dulu!"
"Okay. Abis itu tidur."

Saya save file kerjaan saya. Kemudian mematikan laptop.
"Mau tidur kemana arahnya?"
Menghadap TV atau ke arah jendela maksudnya.
"Kemana aja."
Akhirnya saya dan kamu tidur menghadap jendela. Jendela yang sangat saya suka. Karena jika kamu tidak menutup tirai dengan benar, pagi hari sinar matahari akan mengintip melalui celah tirai.
Saya dekap kamu. Saya menghela napas dalam-dalam. Membiarkan aromamu menguasai hidung saya kemudian memenuhi paru-paru saya, dan tetap disana hingga menyelimuti nadi saya, hati saya dan pikiran saya.
Saya belai rambutmu, mengecup kening kemudian mata, hidung, lalu bibirmu.
Ingat kebiasaan itu kan? Aku selalu mengecupmu dengan cara seperti itu sebelum kamu tertidur.

"Selamat tidur sayang. I love you.
"I love you too."

Kamu rapatkan tubuhmu ke tubuh saya. Kita terlelap bersama.

20.7.12

Iya, saya suka.

saya suka memulai kalimat saya dengan saya suka
seperti
saya suka ketika kamu menyelipkan tanganmu dibawah blus saya ketika kita tidur
seperti
saya suka ketika kamu membisikkan,"I love you, honey."
ketika kamu yakin bahwa saya sudah tertidur, padahal saya masih terpejam menikmati aromamu dan kehadiranmu disini, disebelah saya, bukan disebelah orang lain, sedang mendekap saya dari belakang atau kadang memeluk saya dari depan, menenggelamkan wajahmu di leher saya.
saya suka saat kamu kaget karena saya menciummu sesaat setelah kamu membisikkan kalimat lembut ditelinga saya.
saya suka ketika kamu diam karena marah pada saya, tapi tetap mengharapkan tangan saya melingkar di tubuhmu ketika tiba saatnya kita tidur.
saya suka kamu lebih dari saya suka kucing dan burung hantu
saat kita bertengkar dan memutuskan berpisah, saya tahu saya tidak pernah benar-benar kehilangan kamu
saya dan kamu masih disana sebagai kita
dalam sebuah dimensi ruang yang hanya terpisah sepersekian inci kabut tipis emosi dan gengsi yang masih menyelimuti kita
kita masih ada disana, masih berpelukan dalam tidur
masih berbagi suara dengkuran yang sama
dan saya masih disana, terbangun sejenak untuk menatapi wajahmu dan mendengar suara nafasmu, dan dengkuranmu yang jadi satu
kamu pun masih disana, yakin bahwa saya sudah tertidur dan membisikkan kalimat yang tidak bisa kamu ungkapkan ketika aku terjaga seutuhnya


saya suka kita tidak pernah benar benar berakhir.

Saya suka after taste yang ditinggalkan sebatang rokok kretek di lidah saya
sama seperti saya menyukai after taste yang kamu tinggalkan setelah mencium bibir saya dan bermain didalam mulut saya
bukan sesuatu yang erotis, tapi sesuatu yang lembut dan saya ingin terus merasakannya
bau mu adalah surgaku
Saya mencium surga melalui mu, dan merasakan tinggal didalamnya saat kamu mulai mendekatkan wajahmu ke wajah saya dan melumat perlahan bibir saya.
perlahan, kemudian dunia ini menjadi tidak nyata
yang nyata hanya kamu, bibirmu, dan aroma mulutmu.

17.7.12

Baru saja mengakhiri pembicaraan lewat media sosial.
pembicaraan datar antara saya dan poros dunia saya.
rasanya saya mau mabuk sekarang hingga lupa segalanya.
melupakan semua bagian dari diri saya.
Silahkan tertawa jika saya berlarut-larut.
saya cukup kenal diri saya. jarang sekali saya merasakan hal ini.
biasanya apa yang telah berakhir, yasudah.. berakhir
tapi kali ini, saya juga ikut berakhir
rasanya saya buntu
rasanya sekuat apapun pikiran saya mengelabui hati saya, apa yang telah terjadi tetap terlalu keras dan terlalu kuat.


karma kah?

saya suka membuat orang penasaran pada saya.
kadang saya sengaja tidak menyelesaikan perkataan saya kemudian saya tinggalkan begitu saja.
atau entah saya hilang kemana.
biar dia menerka sendiri.