I.
Aku menghindari pulang karena aku
tahu. Tidak pernah ada pulang.
Adanya hanya kubus bersemen dengan
seperangkat perabotan dan cinta dingin di kulkas.
Makian tersaji hangat di atas meja
makan.
Serta ranjang berduri berselimut
tatap tajam mencabik lebam.
Tak ada pulang bagi sebagian orang.
Yang ada hanya bangunan dengan jendela dan pintu. Yang tak bisa terbuka untuk
keluar menyelamatkan diri, pun yang tak bisa disinggahi burung warna warni.
Hanya neraka kecil yang di kurungi. Dan dipercantik di sana-sini.
II.
Amarah sedang bergolak bak ombak
pasang pada dada kecil yang berusaha tabah
Ia mencabuti satu-satu bulu-bulu
pada malaikat yang menghampirinya
Menyiram cat hitam pada langit
senja yang sedang merona manja
Melemparkan seonggok lumpur pada
awan hingga ia lebam.
Menoreh luka hingga kelam melolong
sembilu. Sengaja agar langit menangis tersedu.
Ia tak peduli, Ia sedang berbaik
hati. Berbagi luka dan lara. Agar ia tak merasa keras kepala, tersakiti
sendiri.
No comments:
Post a Comment