Ibu bilang ia bukan malaikat. Di sela matanya yang menatap sendu terhunus pada tanah.
Ibu bilang ia tak kuat. Sabitan luka terus menerjang tubuhnya yang menua.
Anaknya bilang ibunya malaikat. Ia hadir di bumi sebagai pengingat bahwa terkadang malaikat tak butuh jubah putih, hanya daster rumah. sesekali celana dan kemeja.
Tak butuh sayap, hanya sepasang tangan.
Tak selalu bertelanjang kaki. Kadang pakai sepatu hak tinggi.
Tak disinari cahaya sekeliling tubuhnya. Tapi jelas sinar terpantul dari matanya.
Anaknya bilang ibunya malaikat.
Malaikat perang bagi hidup yang garang.
Ibu bilang ia bukan malaikat.
Aku rasa... Tak ada malaikat yang sadar diri.
Lalu, ayah bagaimana?
No comments:
Post a Comment