22.12.12

Selamat, aku beruntung jadi anakmu.

Aku mendadak mati kata jika tentang ia.
Ia adalah senyatanya laut yang aku cintai. Pada peluknya adalah pantai yang kerap aku sambangi. Dan dadanya adalah samudera luas untuk aku renangi.

Ibuku keras kepala. Dan kerap aku mengelus dada. Aku tidak luput dari drama Ibu dan Anaknya, bertengkar tentang apa saja. Rebutan laptop, rebutan komputer, colong-colongan korek atau apapun.
Tapi tetap pada lehernya aku surukkan kepala.

Ibuku hebat. Dengan caranya.
Aku tahu badai apa yang mendera Ibu. Aku tahu bandang apa yang menyapu senyum di wajahnya yang kelabu.
Aku tahu beban apa yang ia simpan dibalik tawa dan tebaran senyuman.
Aku tahu ia ingin terlihat kuat dihadapanku.
Bagaimana pun Ibu, aku beruntung lahir dari rahimnya. Mengenal ia yang tak kalah hebat dari Xena.

Ibuku hebat. Ia tetap menganggapku sebagai anaknya meski aku sering membuat nada suara naik beberapa oktaf karena kelakuanku.
Ia tetap memelukku erat ketika aku menubruk dadanya.
Tetap menciumi kemudian menjilat pipi menggodaku.
Tetap yang paling tahu meski tak ku ungkap sepatah kata.
Tetap yang tidak mau kalah perihal korek siapa.
Tetap menjadi teman sekaligus guru paling seru di sela cerita dan hembusan asap rokok berbeda hingga pagi buta.

Ibuku semata semesta.
Ibuku senyata sebanding dengan indah senja.
Jika kamu temukan kehangatan lembayung di dadaku, jelas itu menurun darinya.

Beberapa hari lalu aku tunjukkan padanya, sebuah post tentang ia.
Baru beberapa kalimat, ia meracau tentang ikan-ikan kecil di bawah Header blog-ku. Mengalihkan perhatian, katanya ikannya lucu. Padahal matanya berkaca-kaca, terharu.
Lalu menyesap rokoknya buru-buru.

Aku ingat, suatu pagi. Aku belum terbang kemari. Masih terpisah jarak ribuan kilometer jauhnya.
"Siapa yang nyanyi Bunda di Facebook?"
"Aku, Ma."
"Bagus, Nak."
Lidahku mendadak kelu. Suara ibu terdengar bahagia, seolah suaraku paling indah sedunia.
"Ya, buat mama."
"I miss you."
Aku balas berbisik hal yang sama. Ketika aku kecil, ibuku seorang penyanyi ambang mimpi. Ia menembangkanku durma jawa. Yang hingga kini masih terngiang di telinga. Yang hingga kini masih ku ingat aromanya. Yang hingga kini masih ku peluk lekat di kepala.
Kini giliranku yang bernyanyi untuknya.

Bu, selamat hari Ibu.
Terimakasih, kamu memang musuh terbesarku. Pun aku untuk dirimu. Tapi tanpamu, hidupku jauh dari seru.
You rock, mom. I love you.

2 comments:

  1. Entah kenapa aku klo ada ibu yang ngeroko bareng anaknya itu suka bilang "rock momma" \m/..
    dan ibumu salah satunya mbak ;))

    ReplyDelete
  2. Hehehe. Iya, beliau lebih rock n roll dari aku bahkan :)
    Kadang kalah saing rasanya :p

    ReplyDelete