28.12.12

Sedang ada perang.

Jemariku kelu. Seharusnya kalimat awalnya lebih panjang dari dua kata dengan salah satu katanya berimbuhan -ku. Tetapi ya, begitu. Kelu. Entah apa yang terjadi pada kepala dan hati. Seolah terjadi punggung-punggungan perang suami istri. Pada satu ranjang. Tubuhku. Ini tentang pikiran yang berjungkat-jungkit. Main perosotan. Main jungkat-jungkit. Pindah antara kepala-dada-kepala-dada. Menyebalkan rasanya, ingin ku jambak apapun itu. Ku bentak, pelototi kemudian ia akan beringsut pergi. Tapi kan itu hanya seandainya, sebatas metafora. Nyatanya, aku tidak tahu apa yang sedang terjadi. Sekelebat-duakelebat. Letupan dengan suara menyebalkan menggelitik dada. Ini lucu sekali sebenarnya. Aku ingin tertawa sekaligus menghantamkan kepalaku pada sesuatu yang keras hingga apapun itu keluar. Aku butuh egomu saat ini, lumayan, daripada harus cari batu kali.
 
Mungkin ini bukan perihal remeh-temeh soal asa, rasa. Sajak, puisi prosa. Kamu aku kita yang begitu-begitu saja. Tentang cinta-cinta tak terbalas. Tentang hal-hal yang akrab berangsur sirna dan menjadi asing. Bukan. Kurasa ini di luar hal-hal biasa seperti itu.
Aku ini perempuan bersumbu pendek. Dan beberapa kali seseorang menyulutku dengan cerita-cerita tentang dunia. Kisah-kisah tentang terdampar di sini dan di sana. Aku saat ini sedang iri dengan yang kosongnya sudah isi. Sedangkan isiku masih kosong.

Jauh-jauh hingga seberang lautan. Tapi tak ada yang terisi, masih kehampaan. Seolah pencarian-pencarian hanya berakhir dongeng sebelum tidur. Perihal penyelamatan jati diri. Perihal ceceran kata di langit. Pada janji akan pulang dan membawa sedikit kebahagiaan. Sedikit saja jika banyak berlebihan. Sumbu sudah tersulut, sudah sampai dada. Yang sekarang sedang terbakar panas. Gemas.
Sungguh, aku gemas. Ribuan, jutaan. Suara bersahut-sahutan. Ribut tak karuan.
Mengganggu. Mengesalkan.
 
Tapi ini mengenai sesuatu yang harus aku dengarkan. Harus aku kaji lagi. Harus aku pilah lagi. Harus aku pertimbangkan lagi. Harus ini anu itu.
Ah. Hisap tembakau sajalah.
Mengadu pada kepulan asap. Mengadu pada setiap hisap.
Yang ternyata percuma.

Ini perang penting. Dan aku sedang dalam keadaan genting.

No comments:

Post a Comment