30.12.12

Hantu di sudut kamar.


Ada nafasmu tertinggal disudut kamarku yang berantakan. Bahkan bayangmu yang masih mengumpat di sela-sela lemari. Dari ruang tamu hingga dapur rumahku. Suara altomu masih terekam di gaung udara yang membeku, menggantung dilangit-langit, menembus loteng dan tetap diam di sana sebagi hantu. Hantu masa lalu yang aku rindukan.
Pada setiap detik kehadiranmu di waktu yang lalu. Kenangan yang berdebu menebal di setiap lantai dan dinding. Mulai mengabu, meninggalkan noda-noda berwarna kelabu.
Ciuman-ciuman yang kini mengerak di pinggir-pinggir cangkir kopi yang kau sesap. Aroma pagi yang kini hanya menguar hampa dari tiap bubuk yang ku seduh. Sidik-sidik jari yang tersangkut di gagang cangkir. Sidik jari yang sama dengan yang tertinggal di tiap jengkal tubuhku.
Pelukan-pelukan yang menumpuk teronggok di balik selimutku yang tak pernah rapi. Cerita yang meresap ke dalam seprai yang tak pernah kuganti. Merindukan kamu dan segala hal yang pernah terjadi padaku melalui kamu adalah Hobi.
Segala hal tentangmu pernah ada. Segala kita pernah nyata. Meski sekarang hanya partikel semata yang menyatu dengan oksigen di seputaran dada.
Yang tak kamu sadari, kamu adalah bagian dari oksigen itu sendiri.
Membunuhku perkara mudah, ketika melangkah kamu pergi dan tak menoleh lagi. Kamu renggut semua oksigen dan menyisakan karbondioksida saja.
Aku masih bernafas. Hanya formalitas bahwa aku bernyawa. Padahal hidupku sudah jauh berakhir ketika kamu menyingkir.

No comments:

Post a Comment