22.11.12

Gra.

Gadis ini, Citrani.
Usianya berjuta tahun lebih muda dari Bumi.
Ia pernah suatu ketika mencinta.
Di sela larinya mengelilingi jagat raya.

Citrani gadis yang mudah jatuh cinta.
Hanya jatuh saja.
Setelah luka. Ia pergi seolah tak ada apa-apa.
Belum ada yang mampu menorehkan bekas luka terlalu lama.
Citrani lupa caranya sakit hati seperti manusia.
Yang ia tahu itu hanya luka tak sengaja. Lalu kembali tertawa.
Padahal tawanya hampa.
Tak ada yang mengingatkannya bahwa menangis itu tidak apa.

Di suatu petang, Citrani dan Gra bertemu.
Lelaki yang langsung merebut pusat dunianya sejak pertama tatap saling cumbu.
Yang pertama membuatnya merasakan cinta malu-malu.
Dan bagaimana kehadirannya bisa membuatnya terpaku membisu.

Untuk pertama kalinya Citrani bergerak lebih lambat.
Ia tak terburu-buru melumat.
Tak ingin waktu menikmati Gra segera kiamat.

Citrani anak semesta. Sebagai Ibu ia melihat anaknya jatuh cinta.
Dibukakan jalan selebar galaksi menuju Gra.
Citrani dan Gra. Bersama.

Malam kini tak pernah melihat Citrani sendu sendiri.
Hampanya kini ubah menjadi tawa.
Tariannya kini lebih menghentak, tak hanya gemulai lesu kakinya yang layu.
Tubuhnya bergelimang debu bintang.
Citrani jatuh cinta. Semesta kegirangan bahagia.
Gra bak pupuk untuk akarnya yang layu.
Menumbuhkan bunga bagi jiwa yang mengawang di tanah fana.
Semesta terharu.

Sinar matahari yang mengintip dari tirai tiap pagi.
Saksi bisu dekapan erat Gra pada Citrani.
Senyum tipis tak sadar diri
Ketika keduanya masih saling rengkuh dalam mimpi.

Cangkir-cangkir bisu wadah kopi adalah saksi.
Bagaimana Gra dan Citrani saling berbagi tawa diantara wangi uap surgawi.
Saling rebut siapa yang pertama mencicipi.
Secangkir kopi beraroma pagi.

Botol-botol bir yang mengisi malam mereka, dengan buihnya segera mereda.
Karena ada yang lebih bahagia dari jutaan buihnya.
Regukan cepat dan denting tawa.
Berakhir ciuman lama di sela-selanya.

Selimut merah jambu dan kuning yang menyelimuti.
Yang pura-pura tuli.
Ketika Gra dan Citrani mulai berbagi kisah yang mereka lewati.
Berbagi ciuman lama dalam dekap di ujung hari.
Sebelum mereka berlomba menuju mimpi untuk bercinta lagi.

Untuk sementara waktu, Citrani menikmati waktunya lebih banyak berjalan daripada berlari.
Karena ada Gra di sisi yang menemani.
Hingga waktu pun tak sadar terlewati.

Gra mulai berlari. Buru-buru.
Kini Citrani yang harus mengingat lagi caranya berlari hingga kakinya biru.
Ia tersungkur. Gra terbang.
Makin jauh hingga kian mengabur. Hilang.

Citrani hanya bisa menatap dari bumi.
Memeluk kakinya yang kini terlukai sekaligus terkilir nyeri.
Kali ini dalam. Hingga tak mampu ia berdiri.
Angin membelainya semilir.

Pertama kalinya. Citrani menjatuhkan air mata.
Untuk cinta yang ia kira legenda.
Yang ternyata hadir hanya untuk dirinya.
Tapi kini kembali hanya menjadi cerita.

Tertunduk diantara lutut.
Dadanya kosong. Ada yang tercabut.
Entah apa. Yang jelas ia takut.

Gadis ini, Citrani.
Usianya jutaan tahun lebih muda dari Bumi.
Patah hati.




No comments:

Post a Comment