Aku adalah gadis yang mati di laut.
Lahir jauh dari laut. Tetapi tetap kembali ke bibir laut.
Untuk sekadar duduk dan menyeruput sisa-sisa rindu yang
ditinggalkan semut.
Ketika manismu mencecerkan madunya di ujung pesisir ketika
bibir terpagut.
Aku adalah gadis yang mencintai pasir.
Selayaknya kaki-kaki liar ini bergerak bak disihir.
Menjejaki butir-butir menggelikan dibawah kakiku yang
bergulir.
Seperti dibelai rindu semu yang semilir.
Aku adalah gadis yang terlalu sering mendatangi pantai.
Kulitku kecoklatan di tampari sinar matahari yang sedang
melantai.
Aku pun. Matahari di langit, aku melantai di pantai landai.
Menari tak tahu diri, dengan gerakan liar jauh dari gemulai.
Aku adalah sang penari di pelabuhan usang.
Dalam diri ombak sedang pasang, sebentar lagi tsunami
datang.
Menghentak kaki dan tangan liar. Melekukan tubuh seolah tak
bertulang.
Menunggu kamu yang sebentar lagi akan tiba, berlabuh. Hatiku
bergejolak riang.
Aku adalah pelukan di ujung samudera.
Yang mendamba lenganmu untuk ku dekap selamanya.
Membisikkan senandung tentang aku, kamu. Lalu berakhir di
bibir dan terucap,”Kita.”
Kemudian mencintaimu secara nyata.
Aku adalah gadis yang mati di laut.
Lautmu.
No comments:
Post a Comment