I.
Asaku padamu
sudah terlalu besar
Sebentar lagi
akan menghancurkan akal dan pikiran
Aku tak akan
menuntutmu bertanggung jawab atas apa yang terjadi
Seutuhnya
pilihanku
Untuk
mencintai pun ketika aku harus tersakiti
Jika
tersakiti adalah bagian dari mencintaimu
Maka aku akan
dengan suka hati menikmati
Meski lara
menciumi hati
Meski air
mata menari di pipi
Aku akan
selalu mencintaimu
Cintaku tak
bernalar pun bernaluri
Aku lelah
membatasi diri
Yang aku
ketahui saat ini adalah aku sedang mencintaimu.
Sepenuh asa.
Sedalam rasa.
II.
Ini tentang
menunggu
Meski hanya
bertemu denganmu.
Ini tentang
menunggu kamu dan kesabaranku
Percayalah,
aku bukan orang paling sabar di seluruh dunia.
Apalagi
rindu sudah memuncak di dada.
Aku rela
menunggu kamu karena kamu ada di sana sebagai tujuanku.
Labuhan
lenganku.
III.
Aku adalah
awan kelabu yang terlihat sendu
Meneduhkan
kamu yang bernaung dibawahku
Memperhatikan
tiap gerak gerikmu
Pun tawamu
Yang
bergema, bukan bersamaku.
Aku adalah
rumah berdinding pecah
Sudah
terlalu lama tak ada yang singgah.
Bertamu pun
hanya selewat saja
Aku tak
pernah membiarkan mereka tinggal terlalu lama
Aku takut
disakiti
Selalu
seperti itu
Makin lama
aku takut aku akan semakin dijarah
Dijarah
amarah.
IV.
Namamu sudah
jadi milik otakku
Tak ayal
juga tinggal di hatiku.
Aku
mencintaimu dalam-dalam.
Hingga aku
tenggelam.
Ketika kau
memutuskan untuk tak mau tinggal diam.
Aku perlahan
membunuh hati dalam kelam.
V.
Sajak-sajak manis
berbalut mimpi
Ada kamu
yang membasuh diri di air mataku
Cinta telah
ternodai pun terbohongi
Tetapi aku
tetap tak lari dan masih mencintaimu
No comments:
Post a Comment