2.1.13

Mozaik Tiga.

I.
Asaku padamu sudah terlalu besar
Sebentar lagi akan menghancurkan akal dan pikiran
Aku tak akan menuntutmu bertanggung jawab atas apa yang terjadi
Seutuhnya pilihanku
Untuk mencintai pun ketika aku harus tersakiti
Jika tersakiti adalah bagian dari mencintaimu
Maka aku akan dengan suka hati menikmati
Meski lara menciumi hati
Meski air mata menari di pipi
Aku akan selalu mencintaimu
Cintaku tak bernalar pun bernaluri
Aku lelah membatasi diri
Yang aku ketahui saat ini adalah aku sedang mencintaimu.
Sepenuh asa. Sedalam rasa.

II.
Ini tentang menunggu
Meski hanya bertemu denganmu.
Ini tentang menunggu kamu dan kesabaranku
Percayalah, aku bukan orang paling sabar di seluruh dunia.
Apalagi rindu sudah memuncak di dada.
Aku rela menunggu kamu karena kamu ada di sana sebagai tujuanku.
Labuhan lenganku.


III.

Aku adalah awan kelabu yang terlihat sendu
Meneduhkan kamu yang bernaung dibawahku
Memperhatikan tiap gerak gerikmu
Pun tawamu
Yang bergema, bukan bersamaku.

Aku adalah rumah berdinding pecah
Sudah terlalu lama tak ada yang singgah.
Bertamu pun hanya selewat saja
Aku tak pernah membiarkan mereka tinggal terlalu lama
Aku takut disakiti
Selalu seperti itu
Makin lama aku takut aku akan semakin dijarah
Dijarah amarah.

IV.
Namamu sudah jadi milik otakku
Tak ayal juga tinggal di hatiku.
Aku mencintaimu dalam-dalam.
Hingga aku tenggelam.
Ketika kau memutuskan untuk tak mau tinggal diam.
Aku perlahan membunuh hati dalam kelam.

V.
Sajak-sajak manis berbalut mimpi
Ada kamu yang membasuh diri di air mataku
Cinta telah ternodai pun terbohongi
Tetapi aku tetap tak lari dan masih mencintaimu





No comments:

Post a Comment