2.12.12

Pernah?

Asap pekat dimana-mana.
Perempuan bertubuh molek. Tak molek. Semua berkumpul disini.
Aku duduk di sebuah sudut di sebelah meja DJ. Memandang ke segala arah.
Kawananku sedang berbincang. Aku hanya menjadi penyimak yang baik.
Ku pandangi sekeliling. Seekor serigala tua dan gadisnya di bar seberang tak jauh dariku.
Dan seorang perempuan berambut panjang dengan rokok yang abunya telah memanjang di sudut lain. Rambutnya berantakan, sikunya bersandar di bar. Menopang pipinya. Entah apa yang ada di pikirannya. Tatapan kami sejenak beradu.

Tempat ini riuh rendah dengan musik. Dan sayup pembicaraan manusia-manusia bumi yang sedang menikmati duniawi.

Mereguk cairan-cairan pahit manis yang mengalir di kerongkongan.
Mungkin sebenarnya mereka tak menyukai rasanya.
Hanya saja rasa itu begitu akrab di lidah mereka.
Begitu akrab di dada mereka.
Begitu akrab di pikiran mereka.

Rasa hidup.

Hidup yang mereka kecap.
Yang berdesir di dalam sana, yang mereka reguk dengan rakus.
Atau hanya menyesap perlahan.

Dentum suara musik yang mengingatkan pada suara degup akrab di nadi dan dada yang menandakan merekalah memang pemilik nyawa.

Dunia yang sejenak katanya.
Bumi yang menua kata para ilmuwan.
Dan mereka. Termasuk aku. Kamu. Kalian.
Adalah peminum.

Peminum sang manis dan pahit yang tak kita sukai.
Tapi tetap kita nikmati.
Pereguk getir dari eliksir semesta.
Penjilat manis sisa nirwana.
Penghisap asap pekat yang selalu ada di setiap sekat masalah yang lewat dalam hidup singkat kita.

Inilah nyata. Inilah fana. Inilah mungkin omong kosong. Inilah seadanya.
Apalah aku?
Gadis kecil yang tersesat di suatu pojok di sisi meja DJ.
Peminum manis dan getir.
Pereguk tawa dan satir
Segala yang hidup tawarkan.

Selamat menikmati, kawan.

No comments:

Post a Comment